Minggu, 13 Mei 2012

Beri aku Judul


GALAU DALAM AKUARIUM TAK BER-IKAN
29 januari 2011 hadir dari keinginan sang waktu menjelmakan hasrat untuk mewujudkan impian yang sebenarnya begitu sederhana tetapi kadang kedahsyatannya melampaui realitas siapapun yang masih mengatakan diri sebagai manusia yang berjalan menelusuri lorong takdirnya. Tak ada keterpisahan antara detik dengan jam, sudut dengan lingkaran, hari dengan waktu, angka dengan huruf, hari dengan tanggal, waktu dengan masa, cerita dengan kisah dari perjalanan dan kenangan. Layaknya malam yang temaniku saat ini, menuangkan setetes embun dalam bejana gulita selimuti resah serangga-serangga malam ketika instrumentalia pekikkan irama khas dibalik rerumputan yang tadi sorenya aku lalui bersama hatiku, kini menantang hayal tuk arungi kembali kisah itu. Sulit mengawali langkah bukan berarti hal yang rumit tuk berpijak dihadapan kaki jiwa sendiri. Kesempatan untuk terlelap dalam tidur, mungkin adalah rangkaian ketermanguanku sesaat yang awali bangun dari tidurku selama beberapa menit saja diruang tempatku ini, serasa habis tertidur seharian (bahagia tak terpisahkan dengan kesedihan). Terngiang suara ; “aku milikmu malam ini dan memelukmu sampai pagi”……………..kupikir kau sudah”….
Hubungan yang begitu rumit, tak mampu sebuah penafsiran dari realitas yang ada untuk menebak apatahlagi mereka-reka apa yang belum ada. Namun akan kucoba tuk bercerita dan menggambar abstrak dalam sebuah analogi saja.
Sebuah akuarium hanya berisi air yang nampak tidak keruh dan tidak jernih pula, tanpa ikan didalamnya ia menjadi penghuni sebuah rumah tua, tanpa tuan ditepi hutan yang lama tak terjamah. Sarang laba-laba nampak dari dinding rumah yang terbuat dari papan itu, terlihat putih disetiap sudut dan ujung tiang-tiang penyanggah yang telah lapuk. menyelinap sinaran mentari diantara atap yang telah bocor dan bahkan sebagian atap telah hilang akibat cuaca buruk musiman yang kunjung tiba disetiap waktu-waktu  tertentu.
Sesekali nampak berlarian hewan pengerat seperti tikus tapi bukan tikus, menyelinap dari lubang yang ada dibawah lantai rumah tua meramaikan suasana hening, gaduh langkah kaki berlarian diatas bekas dapur yang masih menyisakan sisa-sisa kepulan asap warnai ruangan tersebut, berserakan kayu bakar, terurai dari ikatannya yang terbuat dari bulatan rotan kecil, mungkin berasal dari halaman belakang yang kini telah ditumbuhi berbagai jenis pepohonan dan semak-semak. Senja hadir menusuk dalam pelukannya, mengajak jangkrik melekikkan suara, diantara sayap hitam belalangpun melompat dari dahan ke dahan sambil mengiang memilih tempat peristirahatannya di malam yang sebentar lagi tenggelamkan segala warna menjadi gelap.
Gemerisik air dari telaga disebelah timur taman yang terbengkalai sejak ditinggal pergi ditumbuhi rerumputan makin menyiratkan sepi tempat tersebut, tenang bahkan suara butiran embunpun nyaris terdengar disetiap waktu ketika tejatuh dari dedaunan. Miniature taman menyerupai bukit kecil menjadi pemisah antara telaga dengan rumah tua.
Perlahan dikala pagi sang mentari meransek disela-sela ranting dan dedaunan yang rindang.
Akuarium dengan keruh air dan sisa-sisa kotoran yang terjatuh dari atap rumah yang bocor serta gumpalan pasir didasarnya nampak kemilauan terterpa sinar matahari pagi yang terpantul dari telaga menghangati dinding kaca yang masih lembab, itu terjadi setiap paginya seolah menayangkan pada alam tentang kesendirian sang akuarium didalam rumah tua yang sudah reok itu.
dalam telaga hidup seekor ikan, satusatunya penghuni telaga adalah dia.
Saat-saat tertentu sang ikan muncul kepermukaan mengibaskan ekor dan bermain meloncat menyundul akar cocor bebek yang tumbuh ditengah telaga, gelombang riak air menyilaukan kerlip sinar yang saling memantul dari akuarium terpantul pada air telaga membuat tempat itu lebih terang. Tiap hari akuarium memperhatikan aktifitas dalam telaga, kala pagi ikan terlihat menikmati hangatnya mentari mengitari dasar kolam berputar kesana kenari.
Awal yang tak tersadari oleh akuarium dan awal yang sebenarnya tak mau ia tahu akan kilauan cahaya itu, ternyata adalah pantulan matahari dari salah satu sisi dinding kacanya, begitu jua ikan yang ditelaga ia tak pernah tahu jika disetiap pagi hari ia menjadi pusat pengamatan sang akuarium. Ia juga tak mengetahui riak-riak air yang timbul karena kibasan kecil ekor yang bermain riang itu timbulkan sinar pendaran kecil yang silau menggoda akuarium tepiskan sepi dari bisu  hari dalam diamnya…meski sejenak saja namun ada arti yang merangkai angan jadi harapan pagi ini….
Waktu berlalu dari hari menjadi minggu dan bulan akan berubah jadi tahun yang selalu berganti namun tak mudah merubah apa yang ada dihari ini, kemarin dan esok lusa. Akankah akuarium tak ber-ikan melampaui satu masa yang pernah ada untuk terulang kembali…cinta jemputlah aku….
Yang pasti akan ada cerita tercipta, akan merubah galau menjadi harapan cinta yang akan mencintai cinta.
            Seekor semut terjatuh kedalam akuarium dari atas balok penyanggah atap rumah. Berusaha menyelamatkan diri melewati dinding kaca yang licin lalu perlahan merangkak dalam keadaan tubuh yang kuyup merayap mengitari sisi akuarium, berhenti sejenak diatas meja lapuk, entah apa yang sedang dpikirkannya dalam lamunan, tak takutkah ia pada anai-anai yang berkerumun memakan kayu meja tempatnya berdiri. Posisi meja dalam keadaan miring kekiri sedikit menghalangi pintu masuk akibat ubin yang terangkat naik dan mendorong sisi kanan salah satu kaki depan meja yang mengancam keberadaan akuarium dapat terjatuh sewaktu-waktu. Semua itu akibat bersarangnya rayap dibawah lantai lalu membentuk beberapa koloni.
Perlahan semut melanjutkan perjalanannya melewati celah-celah meja menuju sisi belakang akuarium yang berdempetan dengan dinding papan kayu jati. Semutpun menghilang bersama Tanya melanjutkan hidup meski sendiri, mungkin……..
            Senja menampakkan helai demi helai uraian benang hitamnya yang sebentar lagi akan tersulam menjadi selimut malam bersama hawa dingin, cipta aroma khas kabut sore di hari ini yang tak akan terlupakan dan sewaktu nanti akan terulang dibenak menjadi “de javu”
Embun menetesi telaga terjatuh dari daun pohon mahoni menyiratkan kesan arti tentang kesendirian yang iba tersenyum menatap diri….
Sunyi, sepi kadang terusik gaduh ranting yang terjatuh dan dahan-dahan yang terhempas patah karena rapuh, selalu jadi teman dalam gelap adakah mengajarkan keangkuhan terhadap dunia selain hidup dari pikiran sendiri yang terlalu menilai sebuah arti kejujuran dan keterbukaan adalah kepecundangan bahkan kemunafikan tak dinafikan akan mudah melekat dimata, kasih dari jiwa yang keringpun ditertawakan karena bukan sesuatu yang normal “katanya”. Lebay-pun menjadi kosakata umum yang makin merapuhkan hati tuk memilih namun jiwa beri jawaban yang tak mudah tuk dimengerti, biar perih gundahkan rasa, bukankah penyakit itu selalu beserta dengan obat,,,yakinku….
Tanpa cahaya malam ini bertabur bintang, gelappun terusik rembulan dan selalu saja sama tak merubah apapun, tak merubah dingin, tak beri hangat pada malam ini atau adakah hati telah beku? Aku (ikan) berselimut batu diantara himpitan tanah beri ruang yang sedikit memiliki kehangatan bersama belaian akar  rerumputan yang menggelantung ditepian telaga mengitari tepian hidupku. Wejangan akar-akar mahoni yang hitam pekat tak ayal membuatku risau dan ketakutan namun kuanggap saja tempat satu-satunya berteduh saat teriknya hari.
Pinggiran telaga retak tepat diujung akar mahoni yang mati, runtuh menggelindingkan batu besar dari atas taman, membuat sang ikan tersentak kaget dan tercengang mengalahkan risaunya…. Ooohhhh pagi segeralah tiba (cemas bergumam hatinya).
            Tenang dalam kelembutan gelombang air yang meriakkan bagai cermin yang bergoyang mendendang dedaunan kering dalam ayunan syahdu disudut telaga. Nampak daun masih hijaunya diatas sana bercermin pada air menanti diri melayang jatuh ketika keringnya, terapung dipermukaan lalu tenggelam kedasar hidup yang menjadi akhir persembahannya pada ranting dan dahan tempatnya tumbuh menengok hari dunia ini, lalu pergi entah mencari…
Seolah pikiran melompat menyelami air telaga sang akuarium melihat perbedaan hari dengan pagi kemarinnya. Telaga terlihat luas, meluaskan pandangan dari sini namun bercampur cemas penuh kesal akan ketidakberdayaannya tuk berbuat, hanya bertanya dalam hati ; “kemana batu besar yang halangi pandanganku ini, batu yang ada ditepi taman, jangan-jangan,,, oh..tidak” ia pun risau akan keberadaan sang ikan yang sedari tadi tak terlihat olehnya, yang seharusnya telah muncul dipermukaan dan bermain kemilaukan pagi. “adakah batu besar itu telah menerpa dan melukainya, atau bahkan……??”
Perasaan tak percayanya makin merisau ia pun terseret cemas diri sendiri semakin dalam pikirannya menyelami tiap sudut-sudut telaga mencari sosok bayang. Pasrah dalam do’a, semaikan sisa-sisa reruntuhan dan bekas pijakan batu besar lalu berucap buat apa mata memandang dengan leluasa pada air ditelaga ini ketika semua ada yang hilang, “semoga sang ikan tak tertimpa batu yang menggelinding, semoga juga tak menghantam keras pikiranku sendiri”. Tersisa tanya mengapa aku merindu….?
            Hingga matahari naik sepenggalan sang akuarium tetap dalam pendiriannya akan harapan munculnya sang ikan, dikenangnya kala menyapa dipagi hari bersama bias sinar sang mentari yang dimainkan sang ikan pada dinding akuarium agar cipta kerlipan cahaya menerpa wajah yang tersenyum meredupkan sunyi telaga dan taman.
Seolah pupus dan sirna harapan. Tiba-tiba sang ikan muncul menampakkan sirip yang putih kemerah-merahannya ditengah telaga. Ingin hati sang akuarium merengkuh dan memeluk penuh gembira namun rasa senang dalam keterbatasan membuat diri yang tercipta dari kaca berbentuk kotak transparan hanya berisikan air ini, tak sanggup berbuat apa-apa.
            Riak air tak lagi beri sinaran gelombang yang memantul, namun suasana hari ini melebihi hangat mentari yang telah meninggi diatas sana.
Jelas sudah terlihat telaga yang kini memiliki 17 sisi lekukan-lekukan, “semoga itu beri nuansa baru bagi duniamu wahai sang ikan, meski selama ini tak pernah keluh kebosanan akan tempatmu” (“kata sang akuarium”….)
Batu besar seukuran 60 Cm perseginya itu kini telah karam dan memberi keleluasaan memandang setiap saat tanpa ada yang merintangi bahkan ketika gelap kaburi pandangan tetap juga kelembutan air melambai lepaskan lelahku yang bisu lalu melelapkan  sudut – sudut malam ini, walau itu samara namun nyata dalam pejam.
Tujuh meter jarak antara akuarium dengan telaga tidak lebih dan tidak pula kurang. Kini yang menjadi penghalang hanyalah sebuah pilar rumah tua yang menutup sisi kanan telaga dari pandangan…..adakah dilain waktu risau hati persembahkan resah yang tak lelah tuk menunggu….?
Prologi ikan untuk akuarium tak ber-ikan :
Aku tahu jika engkau memiliki rasa, rasa yang membuatmu gundah akan arti hadirku dalam hari yang engkau lalui. Senantiasa menatap daku penuh makna aku tak tahu kalau pantulan sinar cahaya mentari itu adalah dari dinding kaca yang ada pada dirimu. Aku juga tak tahu jikalau riak air yang bergelombang menggerakkan bias cahaya sehingga kilauannya nampak menari bagi pandanganmu hingga tercipta persepsi yang menjadi asumsi yang diolah dari realitas kepribadianmu itu yang katanya berbentuk kotak bening karena terbuat dari kaca… telah kodratnya rasa ada dihati bukan dibenak, hati tiadalah yang berbeda yang beda hanya bingkainya, yaitu akal pikiran dan cara menghadapi persoalan yang pasti penuh perbedaan, aku tahu langkah kaki mesti beriring dengan sang bijak, setiap kata mesti terpahami agar tersirat makna, setiap jiwa haruslah menjadi penasehat yang arif terhadap hati diri sendiri. Jangan terluka oleh sebuah penilaian karena kita hadir dari nilai, membawa sebuah nilai, bukan sebuah penilaian. Diam itu bijaksana, diam itu kendali diri, dan diam itu bisa jadi diplomasi hati untuk hati. Tak ada yang tak mungkin karena ketidak mungkinan itu adalah kemungkinan pula. Bila memang dibenakmu ada rasa yang hadir menjelmakan hati untuk sebuah keinginan, maka inilah persepsi kepribadianku dari apa yang ada dan pernah ada lalu satu saat nanti akan ada menghadirkan arti keterbatasanku sebagai mahluk yang hanya mengitari sisi kisi-kisi permukaan, dan dasar sebuah kolam saja sempit jalan disini namun kuakui banyak hal yang belum terjawab mesli hanya sedikit.
Perlahan kerinduan merasuki jiwaku, kadang bernyanyi mendendangkan sebuah lagu yang bukan lagu hati meski yang bernyanyi adalah hatiku. Arti hangatmu dikala pagi menanamkan asa yang mungkin akan terpatri disanubari.  Melangkahlah menuju padaku, kenali daku yang ingin kau raih. Miliki aku dengan yakinmu sematkan rasa dihatiku pula. Jangan beranggapan jika daku tak ingin miliki rasa, disini ada anggapan tentang akuarium yang begitu istimewa dalam sepinya, sunyi begitu amat berharga sampai-sampai mengalahkan diriku tuk memilikimu. Namun tak ada yang jadi penghalang ketika hati hendak memilih dan telah kumiliki engkau dihatiku….. mungkin terdengar menggelitik ketika seekor ikan yang hidup leluasa didalam sebuah telaga meski sendiri namun lepas tanpa belenggu menginginkan hidup dalam akuarium yang ukurannya jauh lebih kecil dari telaga, namun aku ingin berkata ; “aku hanya seekor ikan yang belum pantas untuk hidup dalam akuarium kehidupanmu, banyak hal yang mesti kubenahi agar aku hinggap tiba disaat ada hak tuk memiliki tempat seindah itu.
Untuk saat ini, ketika kubertanya atau bicara maka akan banyak jawaban yang akan kau beri “wahai akuarium tak ber-ikan”. Semua ini akan memiliki penafsiran berbeda bagi siapapun disetiap personalitas seseorang namun inginku cukup akuarium saja yang menanggapi, beri penafsiran meski berbeda itu tak mengapa, karena aku butuh akan itu pula. “pintaku” biarkan sang ikan hidup dalam telaga memandangi akuarium yang membersikkan bisikan cintanya agar menerpa bersama sinar mentari yang membias  telaga. Biarkan aku hidup didekat akuarium saja yang bersanding sebagai mahluk yang tak berarti. Biarkan berenang dengan bebas, lepas dengan kebetahannya, mengalir bersama perasaannya yang hanyut bersama “syukurnya” ketika diberi tempat yang begitu dekat dengan akuarium….indahnya memberi sejuk padaku (sang ikan). “Maafku” bila ada yang jauh dari keinginan harapan.
Mungkin telah terukir wajah cinta pada hati akuarium, meski bening dinding kaca tak menampakkan sosok dari eujud hati yang sebenarnya, mengapa aku begitu yakin dan merasakan kalau aku bukanlah siapa disandingannya itu yang membuatku redup menjadi nyala api yang kecil dikalahkan terang dirinya… diri tak sanggup berbuat apa hanya pintaku “beri aku bahagia, izinkan aku mengukir nama dihati saja, kumiliki dirimu hanya dalam nama bukan pada jiwa dan raga akuarium.
Akuarium tak ber-ikan bukan sekedar sebuah harapan yang mungkin akan membuat seseorang yang lebih baik dan berarti beranjak pergi. Ingin kujadikan akuarium bukan sekedar sebuah jalinan hubungan saja tapi sebuah arti yang satu saat nanti bisa meredam ego dalam diri, yang saat ini dapat menjauhkan sang akuarium dari telaga hariku…….yah…semua ada arti dari keberhargaan yang aku takut ketika kehilangan, cukuplah dengan mengenang pada hari esokku bayangmu menjadi abadi tak terhapus waktu. Aku takut kehilangan lagi karena aku pernah kehilangan, itulah penyebab mengapa aku tak ingin memilih tuk memiliki, ketika saatnya nanti ada kebencian lalu pergi meninggalkanku. Jadi kumohon jangan beranjak dari sisi telaga lalu pergi dari meninggalkanku karena itu sangat menyakitkan.
Ingin kujalani semua ini bukan karena ada apanya, namun akan kulalui apa adanya, rasa yang kumiliki tak terukur dan bukan sebuah tolak ukur tuk menilai apa yang ada dalam lisan dan tulisan belaka, butuh pembuktian dari waktu ke waktu yang terlewati hari ini dan akan datang, wahai akuarium yang tersayang!
Hari berlalu dan terlewati begitu saja meski terkadang kusut namun masih terurai dengan baik walau ada kusam yang nampak dari sisa-sisa.
Hingga tiba waktu yang tak pernah terfikir tapi pernah terbersik dibenak sang akuarium. Meja yang lapuk itu kini rapuh dan patah menghempaskan diri akuarium tak ber-ikan, terjatuh kelantai teras rumah tua yang juga sudah retak.. Suara gaduh terdengar disetiap ruang hingga ketepi hutan, berisik menyentakkan hening dan mengusik sepi dimalam hari yang memang selalu saja sepi dan sunyi kadang terisi kusut kegalauan jiwa diri sendiri. Dinding kaca setiap sisi akuarium kini telah hancur berkeping-keping hingga ketika pagi di esok hari telah tiada lagi bias cahaya mentari pagi yang terpantul darinya, yang selalu menjadi awal harinya.
Dinding kaca yang telah berserakan perlahan meneteskan air (mata) dari serpihan-serpihannya yang tajam, nampak air mengalir  dari teras rumah tua yang terlihat lebih tinggi dari taman yang ada didekat telaga sana….mengalir diantara gundukan tanah berbukit, menyapu setiap debu dan pasir-pasir tanpa peduli. Berpikir tentang keberadaan dirinya seolah ada sesuatu yang tersingkap lalu berkata “adakah aku adalah air dalam akuarium yang telah remuk itu, air yang selama ini menyimpan “galau”. Adakah selama ini aku adalah kebisuan yang tepenjara pada malam-malam senyap seperti malam ini, mestinya selama ini aku mengalir saja menuju telaga, melewati sela rerumputan yang kedinginan. Galau adalah duniaku yang tak berujung, aku kini menuju padanya “selamat tinggal” menjadi lorong perjalananku menggerakkan roda lewati bebatuan menuju harapan yang selama ini terpasung kaku, terpenjara ego tercambuk untaian-untaian bait keputus asaan. Mungkinkah selama ini aku adalah gagasan dinding kaca sang akuarium tak ber-ikan. menjadi bayang dirinya yang hening menampakkan hadirku dalam bening dirinya hingga tak terpisahkan (fikirku) tentang diriku dan dirinya adalah satu?
Kupahami diri adalah “galau dalam akuarium tak ber-ikan” yang mengalir bersama, bukan akuarium yang tercipta dari tangan-tangan yang memiliki kehendak, yang terpikat keadaan dan berbuat demi kepuasan ego lalu mencampakkan ketidak berartianku……
Telaga nantikanlah diri yang sedang menuju padamu, jangan biarkan terik matahari menguapkan cairku agar galau tak kekeringan ditengah pengembaraannya bersama hatiku yang ada dirimu.

Cara Kerja Om Google

Google. Tentu orang sudah tidak asing lagi mendengar nama itu. Apa lagi bagi para netter yang sudah malang melintang di dunia tidak nyata ini. Sering saya bertanya pada orang bagaimana cara kerja google sehingga bisa begitu terkenal sebagai mesin pencari nomor wahid abad ini. Tentu cara kerjanya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Coba anda lihat gambar berikut yang menunjukan cara kerja google:


cara kerja google

Semoga dapat membantu kita untuk sedikit mengenal cara kerja Om google ini.

Tutorial terlengkap Photoshop

 Bagi anda yang ingin melengkapi tutorial photoshop, silahkan kunjungi alamat dibawah ini.
selamat mencoba
http://psd.tutsplus.com/category/tutorial

Sabtu, 12 Mei 2012

kearifan lokal orang kajang


Suku Kajang
Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan






SEBUAH DONGENG DI TANAH KAJANG MENCERITAKANKAN/ DULU LANGIT DAN BUMI MENYATU BERBENTUK SEBUAH PATTAPI/ ATAU TETAMPAH// KETIKA MULA TAUNNA/ ATAU MANUSIA PERTAMA/ MUNCUL/ LANGIT DAN BUMI TERPISAH// PERISTIWA ITU MENGILHAMI PENAMAAN KAJANG/ YANG BERARTI MEMISAHKAN//WARGA SUKU KAJANG PERCAYA/ MULA TAUNNA MUNCUL DI SITUS POSSI TANA/ DI DESA MATOANGIN/ SEKITAR 10 KILOMETER DARI KAWASAN ADAT TANA TOA// BEBERAPA BUKTI ARTEFAK DAN ANDESIT MENUNJUKKAN/ KAWASAN INI PERNAH MENJADI SENTRAL BERBAGAI UPACARA ADAT//


SUKU KAJANG BERADA DI KECAMATAN KAJANG/ KABUPATEN KULUKUMBA/ SEKITAR 250 KILOMETER DARI KOTA MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN// MENURUT TEMPAT MUKIMNYA/ SUKU KAJANG TERBAGI DALAM DUA KELOMPOK/ SUKU KAJANG LUAR DAN SUKU KAJANG DALAM// SUKU KAJANG DALAM MENDIAMI TUJUH DUSUN DI DESA TANA TOA// PUSAT KEGIATAN KOMUNITAS SUKU KAJANG BERADA DI DUSUN BENTENG/ YANG DITANDAI DENGAN KEHADIRAN RUMAH AMMATOA/ ATAU PEMIMPIN ADAT SUKU KAJANG// WARGA SUKU KAJANG PERCAYA/ AMMATOA MERUPAKAN ORANG YANG DIPILIH TURIE A’RA’NA/ ATAU YANG MAHA KUASA/ SEBAGAI PEMBIMBING DAN PENGARAH KEHIDUPAN SESUAI PANDANGAN PANUNTUNG// SEHINGGA/ MEREKA PUN BENAR-BENAR MENJAGA KESUCIAN TOKOH ITU/ DAN TIDAK SEORANG PUN DIPERKENANKAN MEMILIKI REKAMAN WAJAHNYA//


DULU/ SUKU KAJANG DISEBUT-SEBUT BERAGAMA PANUNTUNG/ ATAU TUNTUTAN// BELAKANGAN INI/ MEREKA JUGA MENGAKU MEMELUK AGAMA ISLAM// PADA PRAKTEKNYA/ CARA HIDUP PANUNTUNG/ YANG MENGKIBLATKAN DIRI PADA PASSANG RI KAJANG/ ATAU PESAN-PESAN SUKU KAJANG/ YANG MENGHARUSKAN HIDUP PRIHATIN DAN APA ADANYA/ ATAU KEMASE-MASAE/ MENJADI PAYUNG KEHIDUPANNYA//


SUKU KAJANG IDENTIK DENGAN PAKAIAN HITAM/ SEBAGAI SIMBOL KESEDERHANAAN DAN PERINGATAN AKAN ADANYA KEMATIAN/ ATAU SISI GELAP// BELAKANGAN INI/ HANYA AMMATOA DAN PARA PEMUKA ADAT/ YANG TETAP BERPAKAIAN HITAM DAN MENJAUHI PENGARUH HIDUP MODERN// SEMENTARA WARGA SUKU KAJANG LAIN/ HANYA MENGENAKAN PAKAIAN HITAM DI UPACARA ADAT ATAU MENGHADAP AMMATOA// KEPATUHAN AKAN AJARAN KEMASE-MASAE ITU BUKAN HANYA DITUNJUKKAN DENGAN PAKAIAN/ TAPI JUGA KEHIDUPAN MALAM YANG MENGHINDARKAN LAMPU-LAMPU BERCAHAYA TERANG//


DI LUAR KEKAYAAN ADAT YANG SENGAJA TERUS DIPELIHARA/ SUKU KAJANG PUN TERNYATA DIKENAL MEMILIKI CATATAN PRASEJARAH YANG MENAKJUBKAN// BERBAGAI PENELITIAN ARKELOGIS DARI BERBAGAI PERGURUAN TINGGI KE LINGKUNGAN KAWASAN INI/ MEMBERIKAN SUATU BUKTI/ ADANYA PERADABAN KUNO//


PERJALANAN DARI GERBANG KAWASAN ADAT TANA TOA KE DUSUN BENTENG HANYA BISA DILAKUKAN DENGAN BERJALAN KAKI// MESKI KENDARAAN TIDAK DIPERBOLEH MEMASUKI KAWASAN ADAT/ TERNYATA JALAN-JALAN DI KAWASAN INI TELAH TERTATA APIK// DI SEPANJANG JALAN TERDAPAT RUMAH-RUMAH ADAT/ ATAU BOLAH/ YANG KESEMUANYA MENGHADAP KE BARAT// ARSITEKTUR RUMAH DI KAWASAN INI SEMUANYA SAMA/ YAKNI TERDIRI ATAS PARA ATAU BAGIAN ATAS/ KALE BOLA ATAU BAGIAN TENGAH/ DAN SIRING ATAU BAGIAN BAWAH//


WARGA SUKU KAJANG MENGGANTUNGKAN KEBUTUHAN AIRNYA PADA MATA AIR ATAU SUMUR// SATU MATA AIR DIPERUNTUKKAN BAGI SELURUH WARGA DUSUN// MISAL/ SUMUR TUNIKEKE INI MENJADI TEMPAT MENCUCI/ MANDI/ DAN MINUM BAGI RATUSAN WARGA DUSUN BENTENG//


YADI MULYADI DAN ASPRIYANTO ADALAH ARKELOG MUDA DARI UNIVERSITAS HASANUDDIN/ MAKASSAR/ YANG KERAP MELAKUKAN PENELITIAN DI TEMPAT INI// KALI INI/ DITEMANI OLEH SEORANG PEMUDA SUKU KAJANG BERNAMA ABBAS/ MEREKA MENCOBA MEREKA-ULANG KEMBALI HASIL PENELITIANNYA// SEBELUM MENYUSURI SITUS-SITUS DI DALAM LINGKUNGAN DUSUN BENTENG/ KEDUA ARKEOLOG MUDA INI MENDATANGI RUMAH AMMATOA// KUNJUNGAN INI DIMAKSUDKAN/ UNTUK MEMINTA IZIN DAN RESTU ATAS KEGIATAN PENELITIAN//


BAGI SUKU KAJANG/ AMMATOA MEMILIKI PERAN SENTRAL UNTUK SEMUA KEHIDUPAN// IA MERUPAKAN PEMIMPIN AGAMA/ PEMIMPIN ADAT/ HAKIM/ DAN DOKTER/ BAGI WARGA YANG MEMILIKI MASALAH// KARENA ITU/ AMMATOA TIDAK MEMILIKI KEGIATAN LAIN/ SELAIN MENEMANI DAN MEMBANTU MEMUTUSKAN BERBAGAI PERSOALAN DI KOMUNITASNYA// DARI RUMAH AMMATOA/ PENELITIAN DILAKUKAN DI SEBUAH PEMAKAMAN WARGA SUKU KAJANG//


MAKAM MERUPAKAN BUKTI KUNO/ YANG LEBIH TERJAGA KEASLIANNYA DIBANDINGKAN RUMAH ATAU SIMBOL-SIMBOL ADAT LAINNYA// KARENA ITU/ UNTUK MENDAPATKAN BUKTI PERADABAN DI MASA LAMPAU/ PARA ARKEOLOG MENGAWALINYA DARI LOKASI SEMACAM INI// DI LOKASI PEMAKAMAN LAIN/ TERDAPAT SEBUAH MAKAM MILIK SEORANG KSATRIA// MESKI MAKAM INI TIDAK TERURUS/ NAMUN PARA ARKEOLOG INI MENEMUKAN IDENTITASNYA//


PENYELUSURAN JEJAK-JEJAK ARKELOGIS DI KAWASAN ADAT TANA TOA/ SEAKAN MEMASUKI KEHIDUPAN MASA LAMPAU DAN MASA SEKARANG/ YANG MASIH TERJAGA KETRADISIONALANNYA// SITUS-SITUS YANG HANYA DIJAGA OLEH WARGA SETEMPAT/ MEMBERI GAMBARAN SUKU KAJANG TEMPO DULU// NAMUN/ BERBAGAI KEGIATAN WARGANYA/ MEMBERI GAMBARAN KEHIDUPAN SEBALIKNYA//


DI SIANG HARI/ KAUM LAKI-LAKI DI KAWASAN INI PERGI KE SAWAH ATAU LADANG// SEMENTARA/ KAUM PEREMPUANNYA MENENUN KAIN DI BAGIAN SIRING RUMAHNYA// HASIL TENUN WARGA SUKU KAJANG BUKAN HANYA MEMENUHI KEBUTUHAN WARGA SETEMPAT/ TAPI JUGA DIJUAL KE PARA PENDATANG// SEDANGKAN SUMBER UTAMA WARGA SUKU KAJANG ADALAH LAHAN PERTANIAN DAN KEBUN//


KETIKA MUSIM TANAM TIBA/ MEREKA BERBONDONG-BONDONG KE SAWAH/ YANG JARAKNYA BEBERAPA KILOMETER DARI RUMAHNYA// MEREKA MANFAATKAN KUDA SEBAGAI KENDARAAN KE SAWAH ATAU LADANG/ DAN KERBAU SEBAGAI HEWAN PEMBAJAK// WARGA KAJANG YANG TIDAK MEMILIKI SAWAH ATAU LADANG/ BIASANYA BEKERJA PADA PEMILIK SAWAH//


JEJAK-JEJAK ARKELOGIS SUKU KAJANG BUKAN HANYA BERADA DI LINGKUNGAN DESA TANA TOA// DI DUSUN LEMBANG LOHE/ SEKITAR 20 KILOMETER DARI DESA TANA TOA/ TERDAPAT MAKAM TONTENG DAENG MATTARANG/ SEORANG BANGSAWAN SUKU KAJANG DI ZAMANNYA// DENGAN KEKAYAAN ARKELOGIS DI TANAH KAJANG MEMBUAT WARGA SUKU KAJANG PERCAYA/ BAHWA MEREKA BUKAN HANYA MEMILIKI SEJARAH PERADABAN YANG PANJANG// NAMUN/ SUKU KAJANG MERUPAKAN LELUHUR RAJA-RAJA DI SULAWESI SELATAN//


LEBIH DARI TEMUAN ARKELOGIS/ KINI SUKU KAJANG BENAR-BENAR TELAH MEMASUKI KEHIDUPAN MODERN// KEGIATAN EKONOMI YANG DILAKUKAN DI PASAR TRADISIONAL MENUNJUKKAN MEREKA BUKANLAH SUKU YANG TERISOLIR ATAU TERPENCILKAN// WARGA SUKU KAJANG DALAM MELAKUKAN KEGIATAN PERDAGANGAN SEPERTI WARGA SUKU KAJANG LUAR// DAN/ DI TEMPAT INI/ SEMUA BARANG-BARANG DARI KOTA/ SEMACAM KEPING VCD/ JUGA DENGAN MUDAH DIDAPAT//


KELEBIHAN SUKU KAJANG DALAM/ MEREKA MENCOBA MEMPERTAHANKAN IDENTITAS DENGAN PAKAIAN HITAMNYA DI ANTARA WARGA SUKU KAJANG LUAR// BAHKAN/ WARGA SUKU KAJANG DALAM YANG TENGAH BERDUKA/ TETAP TAMPIL DENGAN KAIN MENUTUPI TUBUHNYA DARI KEPALA HINGGA BADAN/ SEAKAN BERADA DI DALAM KOMUNITASNYA//


SATU-SATUNYA SISI BURAM ATAS PENGABAIAN PRINSIF KEMASE-MASEA ATAU PRIHATIN DAN APA ADANYA/ ADALAH MENINGKATNYA POLA PIKIR KOMERSIAL// DI DUSUN BENTENG/ KINI BISA MENDAPATKAN HIBURAN BERUPA TEATER RAKYAT PABITTE PASSAPU/ ASAL MENGELUARKAN SEJUMLAH UANG// DULU/ KESENIAN INI MERUPAKAN BAGIAN DARI KEGIATAN SPIRITUAL/ YANG DI DALAMNYA MASIH MENGANDUNG UNSUR GAIB//


BERBAGAI RITUAL ADAT/ SEMACAM UPACARA KALOMBA/ JUGA MEMPERLIHATKAN SISI KETERBALIKAN ATAS PRINSIF KEMASE-MASEA// UPACARA PELEPASAN MASA ASUH DARI DUKUN PERSALINAN KE KELUARGA HATTO DI DUSUN SOBBU INI/ MENGHABISKAN DANA HINGGA 50 JUTA RUPIAH// SEHINGGA/ KELUARGA HATTO HARUS MEMPERSIAPKANNYA BERBULAN-BULAN// DI AKHIR ACARA/ KERABAT KELUARGA HATTO MEMBERIKA KADO KEPADA ANAK YANG DIKALEMBO/ DENGAN SEJUMLAH UANG BERNILAI JUTA-JUTAAN// INILAH PERADABAN SUKU KAJANG MASA KINI//


Pohon dan Rumput: Lebih Efektif Menjebak Karbon dan Bioenergi

Penelitian yang menghabiskan £ 1,1 juta menginvestigasi bagaimana belukar pohon dan rumput keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan energi terbarukan dan menjebak karbon dalam tanah pada jangka waktu yang panjang.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Gail Taylor. Pakar tanaman dan lingkungan dari University of Southampton, sebuah tim ilmuwan dari Inggris akan melacak jalan karbon yang ditangkap oleh tanaman dan rumput melalui proses fotosintesis, mengalir melalui tanaman ke tanah yang dihuni oleh mikroorganisme sebelum terkunci menjadi bahan organik dalam tanah di mana tanaman tersebut tumbuh.
Tim tersebut juga akan membandingkan proses tersebut dengan tanaman pangan seperti gandum dan akan menguji gagasan bahwa tanaman “bioenergy” lebih baik dalam merangsang retensi karbon tanah jangka panjang.
Tidak seperti tanaman pangan yang dipanen setelah beberapa bulan, pohon dan rumput dapat menghabiskan beberapa dekade untuk tumbuh sebelum dipanen dan melepaskan karbon dioksida yang terjebak, membuat proses tersebut lebih efektif.
“Para ilmuwan kini percaya bahwa karbon diokisda merupakan gas rumah kaca yang penting dan penyebab mayor perubahan iklim, sehingga sangat penting jika bisa mengembangkan cara-cara menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer,” kata Prof. Gail Taylor dari The University’s School of Biological Sciences.
“Menggunakan pohon dan rumput merupakan cara yang efisien dan efektif untuk mengurangi kadar CO2 dari atmosfer, sementara menyediakan sumber energi dan pengaturan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil. Penelitian kami telah menunjukkan bahwa hasil produk bioenergi berpotensi mengurangi emisi karbon beberapa juta ton di Inggris pada dekade yang akan datang,”
Peta “Carbon Opportunity” akan dikembangkan untuk mengidentifikasi area optimum pada negara-negara yang mana hasil pertanian bioenergi dapat dikembangkan secara efektif. Hasil pertanian tersebut kemudian dapat dibakar bersama batu bara di pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik, menghasilkan emisi karbon dioksida lebih sedikit dibanding dari bahan bakar fosil, atau yang digunakan dalam sistem pemanasan.
“Di masa depan, hasil pertanian bioenergi bisa dijadikan bahan bakar cair seperti bioetanol, untuk menghindari konflik antara makanan dan bahan bakar ketika hasil pertanian digunakan untuk tujuan ini,” tambah Prof. Taylor
Sumber gambar: terasimaji.blogspot.com

Kelak siapa bundaku

Terkadang
Manusia berprasangka dalam fikir, hari ini ada
Tanpa bahagian hari kemarin bahkan kadang esok
………terseok kemana dan dimana?
Mungkinkah
Jawaban dapat ditemu dalam hati yang telah berkarat
Tertuang zat garam, hitam pekat/pahit, kecut pastinya asin….”ppuicchhhh”…!!!
Bak ramuan dukun tua bertongkat dengan jampi setan
Menyihir hati berubah jadi besi tua peok diantara rongsokan dan sampah
Sedangkan
Kita malah tertawa terbahak-bahak dalam ketidaksadaran disetiap lubang karatan hati diri sendiri
Tidak telah tersudut sampai menyampaikan…
Entrans kehidupan telah runtuh
Dinding goa menghimpit diantara sesak gulita, gelap……….

Adakah kearifan
Segala yang ada memberkas lembaran dalam hari
Melukis warna yang memang kadang hanya sewarna saja
Namun erat menggenggam pena yang merangkai diatas kanvas waktu
Disela kesedihan itu ada indah tercipta
Air mata menetes meliukkan pilu nampak menari basahi pipi
Menawan rindu dijeruji impian dalam dunia yang akan kulalui
Disana bening kerinduan akankah pudar hanya karena kiasan besi karatan sang penyihir?
Tidak…..sekali lagi tiii…..dak!!!
Hari esok
Butiran air mata biar jatuh membasahi cermin bukan sudut
didalam jernih telaga kerinduan……
Membias senyum impian kulihat dari sini terpantul hijau pijakan kaki mungil beban kesucian
Pesona biru langit dunia nampakkan wajah penuh doa dan harapan menengadah mendendangkan jiwaku yang akan hadir disisinya
Kemilau gelombang air ditumpukan batu cadas menari-nari tanpa peduli menggoda hari yang panas tuk lepas dahaga
Berguguran dedaunan menyelipkan cahaya mentari disela ranting pepohonan
Diujung pucuk adakah sinarnya mekarkan bunga-bunga yang merumput hijaunya
Ibunda……….tapak kakimu kala berpijak dihari senja kadang galau….
                                    Pelita jangan redup padam…….,
yakinku diantara jemari lentikmu akan hadir mengisi hari bukan untuk hinggap dan pergi…..

kelak ku-tak ingin ada cemas dari derita di masa lalumu karena aku tahu hari lalu, hari ini dan hari esok masihlah bahagiannya
Rengkuh daku sejak dini meski peluh kadang sendu
Cipta daku bersama cinta dari kasih dihatimu, biarkan bayangku menjadi jubah disinggasanamu, jadikan daku sebagai bayangmu sendiri …..”kesucianku di kedua tanganmu”kelak bundaku (analogi sang anak)

Semiotika komunikasi bunga

Penulis : Qhiul
ketika bunga dipersembahkan sebagai hadiah atau ungkapan perasaan tak ayali dihadapkan oleh berbagai pilihan terhadap bunga itu sendiri yang bermacam ragam dan sama menariknya. Biasanya kita akan memilih bunga yang menurut kita paling indah untuk diberikan tanpa benar-benar mempedulikan apa arti di balik bunga tersebut.
Sebuah ungkapan menyatakan 'say it with flower’. Hal ini disebabkan dalam perjalanan sejarahhnya, bunga memang pernah digunakan sebagai salah satu bentuk komunikasi. Orang-orang pada zaman victoria, menggunakan bunga sebagai bentuk komunikasi yang sangat sopan. Selama abad ke 18, mengirimkan pesan bunga berdasarkan bahasa rahasia Turki sangat populer. Bahasa rahasia ini dikenal dengan nama
'Persian Salaam’, yang merupakan sebuah karangan bunga berkode untuk mengungkapkan perasaan cinta atau rasa tertarik. bangsa  victoria pun menjadi sangat memahami bahasa bunga, sehingga mereka memilih dan menata buket bunga mereka dengan hati-hati.
setiap bunga akan diterjemahkan sebagai bahasa cinta dan penghargaan, tapi perbedaan warna bunga dari pengaturan berbeda memungkinkan memberi arti berbeda pula. misalkan, mawar merah memberikan arti cinta, sementara mawar kuning berarti cemburu.
Ilmu yang mempelajari tentang arti bunga benar-benar ada, dan ilmu ini dikenal dengan nama
florografi. Florografi mengungkapkan makna tambahan untuk mengirim atau menerima bunga. Pesan halus dan rahasia dapat dijelaskan melalui jenis bunga yang berbeda.
Terdapat persepsi umum yang berafiliasi dengan perasaan serta ekspresi terkait dengan bunga yang berbeda. Namun, tetap sulit mengumpulkan daftar dari arti bunga oleh karena setiap bunga memiliki konotasi yang berbeda tergantung pada referensinya. Selain itu, perbedaan kultur bisa menyebabkan arti yang berbeda pula. Jadi ,mungkin anda akan menemukan jawaban yang berbeda untuk satu bunga tergantung pada wilayah geografis suatu bangsa maupun suku.
semiotika semiotika bunga secara  umum :

Bunga Anggrek : Cinta, cantik, keindahan, kebijaksanaan, perhatian, perbaikan,
Pink : kasih sayang murni
Kuning : keanggunan
Hitam : kekuasaan dan otoritas mutlak
Putih : keindahan, kelembutan, kemurnian, kepolosan, kebaikan
Merah : semangat, daya energi, kekuatan cinta
Lavender : memprovokasi percintaan dan keanggunan
Ungu : membangkitkan misteri dan ketidakpastian
Biru : bermakna dalam, kekuatan dan stabilitas

Bunga Mawar
simbol cinta dan gairah
Pink : Sayangku, rasa kagum , kebahagiaan, “percayalah padaku”, terimakasih
Merah : Cinta , cantik , aku cinta padamu , rasa hormat , keberanian
Merah Hati : Kecantikan
Merah dan Putih : Simbol penyatuan
Merah dan Kuning : Ucapan selamat, persahabatan atau jatuh cinta
Kuning : Awal baru, kegembiraan, persahabatan ( dulu mawar kuning berarti ketidaksetiaan, cemburu)
Kuning dan Jingga : Semangat
Putih : Cinta Sejati, lugu, amat menyenangkan, rahasia dan diam
Jingga :Keinginan, antusiame
Peach : Manis, rasa terimakasih, apresiasi, kekaguman, simpati
Ungu : Keunikan, cinta pada pandangan pertama, perlindungan cinta ibu/ayah
Biru : Misteri
Hijau : Tenang
Hitam : Kematian

Bunga Matahari

Arti bunga ini adalah kehangatan dan kekaguman, juga dianggap sebagai tanda umur panjang

Dari Berbagai Sumber

Tahukah anda Manfaat Dari Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria)



Sansevieria, yang lebih dikenal dengan sebutan Lidah Mertua adalah marga tanaman hias populer sebagai penghias pekarangan maupun bagian dalam rumah. tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki karakteristik daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.
Sansevieria memiliki beragam kelebihan, tanaman ini mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok dan dapat menyerap radiasi barang elektronik. Beberapa polutan yang di serap oleh Sanseviera.
Keistimewaan :
  • Sansevieria merupakan jenis tanaman dengan tingkat penyerapan paling tinggi.
  • Perawatan tanaman yang murah
  • Selalu mengeluarkan zat Otanpa menghasilkan zat COsehingga cocok di taruh didalam ruangan.
Manfaat               :
  • Biasa dimanfaatkan sebagai pagar rumah
  • Negara Jepang telah memanfaatkan serat tanamannya sebagai bahan pembuat kain dan kreasi anyaman
  • Tanaman ini menghasilkan wewangian saat sore hari terlebih ketika berbunga. Lidah mertua digunakan sebagai bahan parfum di beberapa negara maju
  • Bisa dijadikan bahan obat diantaranya;
a. Getah: Dapat digunakan sebagai obat antiseptik
b. Akar : Dapat dimanfaatkan sebagai penyegar rambut/tonik dan obat wasir
c. Daun : Bila dibakar dapat menyembuhkan sakit kepala,
Bila di rebus sebagai obat diabetes
  • Bisa mereduksi radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi maka, baik jika tanaman ini ditaruh disamping komputer atau televisi.
PerawatanTanaman :
  1. Tanaman ini bisa hidup dengan paparan sinar matahari maupun di dalam ruangan. Tapi bilaingin di simpan dalam ruangan, jangan lupa dijemur seminggu sekali agar tanaman tetap segar.
  2. Penyiraman hanya perlu dilakukan 1-2 kali seminggu. Terlalu sering menyiram justru akan membuat tanaman ini di hinggapi bakteri. Ketika menanam juga pilih media tanam (tanah, sekam bakar, pasir malang dan pakis)
  3. Pemupukan lidah mertua biasanya menggunakan pupuk yang tingkat penguraiannya lambat seperti(osmocote, dekastar dan megamp)
Ternyata tumbuhan Sansevieria ini yang perawatannya super mudah memiliki manfaat yang segudang. Ayo, tanam “Lidah Mertua.”[amd]

tak sama disuka tak sama dibenci


Kebun
oleh Idries Shah

Seorang guru dari tingkatan yang tertinggi hidup sebagai seorang petani. Sang guru telah menulis berbagai kitab dan wejangan. Pada suatu hari, seorang lelaki, yang telah membaca segala tulisan-tulisan sang guru dan menganggap dirinya sebagai pencari kebenaran, datang bertamu untuk membahas berbagai masalah yang muluk bersama sang guru.

"Aku telah membaca semua kitab-kitabmu," si tamu berkata, "aku sependapat dengan beberapa kitab dan tidak sependapat dengan yang lain-lainnya. Kemudian dalam kitab-kitab tertentu, aku sependapat dengan bagian-bagian tertentu tapi tidak dapat memahami bagian-bagian yang lain. Sebagian dari kitab-kitabmu lebih kusukai daripada [sebagian] yang lain-lainnya."

Si petani arif bijaksana membawa si tamu ke dalam kebun, di mana terdapat aneka rupa binatang-binatang beserta makanannya dan berkata: "Aku adalah petani penghasil pangan. Engkau lihatkah wortel dan apel-apel itu? Ada orang yang menyukai wortel tetapi ada pula yang menyukai apel. Engkau lihatkah binatang-binatang itu? Beberapa orang telah menyaksikan semua binatang-binatang ini, namun mereka mempunyai pilihan mereka sendiri-sendiri, yaitu untuk dipacu, untuk dikembang-biakan dan untuk dimakan. Ada orang-orang yang menyukai ayam dan ada pula yang menyukai domba. Persamaan di antara binatang-binatang dan tanaman-tanaman ini bukanlah karena sama-sama disukai atau sama-sama tak disukai tetapi adalah bahwa semuanya adalah bahan pangan. Semuanya dapat dimakan!"

Sumbangan dari: Sunari <sunari@ssp.co.id>tak sama disuka tak sama dibenci