Sabtu, 12 Mei 2012


Kelak siapa bundaku

Terkadang
Manusia berprasangka dalam fikir, hari ini ada
Tanpa bahagian hari kemarin bahkan kadang esok
………terseok kemana dan dimana?
Mungkinkah
Jawaban dapat ditemu dalam hati yang telah berkarat
Tertuang zat garam, hitam pekat/pahit, kecut pastinya asin….”ppuicchhhh”…!!!
Bak ramuan dukun tua bertongkat dengan jampi setan
Menyihir hati berubah jadi besi tua peok diantara rongsokan dan sampah
Sedangkan
Kita malah tertawa terbahak-bahak dalam ketidaksadaran disetiap lubang karatan hati diri sendiri
Tidak telah tersudut sampai menyampaikan…
Entrans kehidupan telah runtuh
Dinding goa menghimpit diantara sesak gulita, gelap……….

Adakah kearifan
Segala yang ada memberkas lembaran dalam hari
Melukis warna yang memang kadang hanya sewarna saja
Namun erat menggenggam pena yang merangkai diatas kanvas waktu
Disela kesedihan itu ada indah tercipta
Air mata menetes meliukkan pilu nampak menari basahi pipi
Menawan rindu dijeruji impian dalam dunia yang akan kulalui
Disana bening kerinduan akankah pudar hanya karena kiasan besi karatan sang penyihir?
Tidak…..sekali lagi tiii…..dak!!!
Hari esok
Butiran air mata biar jatuh membasahi cermin bukan sudut
didalam jernih telaga kerinduan……
Membias senyum impian kulihat dari sini terpantul hijau pijakan kaki mungil beban kesucian
Pesona biru langit dunia nampakkan wajah penuh doa dan harapan menengadah mendendangkan jiwaku yang akan hadir disisinya
Kemilau gelombang air ditumpukan batu cadas menari-nari tanpa peduli menggoda hari yang panas tuk lepas dahaga
Berguguran dedaunan menyelipkan cahaya mentari disela ranting pepohonan
Diujung pucuk adakah sinarnya mekarkan bunga-bunga yang merumput hijaunya
Ibunda……….tapak kakimu kala berpijak dihari senja kadang galau….
                                    Pelita jangan redup padam…….,
yakinku diantara jemari lentikmu akan hadir mengisi hari bukan untuk hinggap dan pergi…..

kelak ku-tak ingin ada cemas dari derita di masa lalumu karena aku tahu hari lalu, hari ini dan hari esok masihlah bahagiannya
Rengkuh daku sejak dini meski peluh kadang sendu
Cipta daku bersama cinta dari kasih dihatimu, biarkan bayangku menjadi jubah disinggasanamu, jadikan daku sebagai bayangmu sendiri …..”kesucianku di kedua tanganmu”kelak bundaku (analogi sang anak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar